Mahasiswi Asal Turki Ini Jadi Wisudawati Tercepat Lulus di Unnes

Semarang – Seorang perempuan cantik asal Turki bernama Esma Akin (24) menarik perhatian pada acara wisuda di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah. Esma bahkan menjadi salah satu wisudawati yang lulus tercepat di Fakultas Bahasa dan Seni.

Esma lulus S1 dalam kurun waktu sekitar 3,5 tahun dengan IPK 3,21 di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Ia memang bercita-cita ingin menjadi guru bahasa Arab di negaranya.

Perempuan asal Kota Mus, Turki, itu mengatakan ingin mempelajari Islam dengan serius, salah satunya dengan bahasa Arab. Ia teringat pesan ayahnya, Aydin Anadolu, agar mendalami Islam dengan serius.

“Saya seorang Muslim, ingin mempelajari Al-quran dengan baik. Ingin mempelajari isinya, ingin mengamalkan. Karena itulah saya harus belajar bahasa Arab,” kata Esma usai acara wisuda di auditorium Unnes, Selasa (7/3/2017).

Berasal dari keluarga yang religius, Esma ingin berkuliah di negara dengan populasi Muslim besar dan terpilihlah Indonesia. Keinginanya itu sudah ada sejak menimba ilmu di Madrasah Aliyah (MA) di Ayden. Teman-temannya yang pernah belajar di Indonesia juga memberikan semangat kepadanya.

“Teman di Turki sudah pernah kuliah di Indonesia, saya dengar enak-enak saja makanya saya mau di sini,” tutur Esma.

Pilihan Esma jatuh di Unnes karena lingkungannya yang nyaman dan tidak macet serta sebelumnya pernah ada mahasiswa Turki di sana. Ia sempat kursus bahas Indonesia beberapa bulan dan ternyata hanya butuh waktu 3 bulan untuk ia bisa berkomunikasi lancar.

“Tiga bulan belajar sudah bisa ngomong. Saya kursus, setelah itu praktek sama teman-teman Indonesia,” ujarnya.

Kendala yang dialami Esma selama kuliah ternyata bukan pada pelajaran, melainkan transportasi dan sempat pula terkendala makanan. Esma harus sering menggunakan taksi untuk ke kampus dari tempat tinggalnya di Asrama Semesta.

“Sebenarnya transportasi yang jadi masalah. Asrama jauh dari kampus, tapi tidak masalah, dosen toleransi banget dan tahu kondisi saya,” ujar Esma.

Ia juga pernah bermasalah dengan makanan ketika awal tinggal di Indonesia sekitar tahun 2012. Waktu itu menurutnya cukup sulit karena harus membiasakan makanan pokok nasi. Tapi sekarang ia sangat suka kuliner Indonesia terutama nasi Rendang.

“Kita makanan pokoknya roti, di sini nasi. Tapi lama-lama saya doyan banget. Di Asrama ada masakan Turki, tapi saya pilih masakan Indonesia. Rendang, saya suka sekali Rendang,” katanya.

Kini Esma berencana pulang lagi ke Turki untuk mengamalkan ilmunya dari Indonesia. Ia juga sedang membuat kamus bahasa Arab-Turki versinya sendiri dan akan digunakannya untuk bahan ajar.

“Setelah ini ingin rencana S2, tapi kalau tidak, ilmu dari Indonesia mau ajarkan ke orang-orang Turki,” tutup Esma.

Sumber